Senin, 22 Juli 2013

Pesona dibalik H I J A B

Diposting oleh its mine di 01.45 0 komentar

T
aukah? Spekulasi tentang pengguna hijab yang semula termarginalkan nampaknya kini tengah mengalami pengikisan. Terbesit sejuta tanya tentang sebab kisahnya. Pasalnya, tak sembarang jawab mampu mengusir ragu atau bahkan lenyapkan tanya. Nah, jika sudah begini bukan hal yang salah jika kita segera tapaki kisah dibalik hijab yang memesona ini.


Aksentuasi yang mengagumkan
Sebagai wanita sudah sepatutnya kita merasa bangga. Bagaimana tidak betapa diagungkannya kaum wanita, begitu banyak bukti yang menguatkan hingga tak mungkin menghindari nyatanya hal ini. Benar saja, segala sesuatu yang berkenaan dengan wanita terkadang memiliki kekhasan aksentusinya tersendiri. Maka sebut saja satu diantaranya, hijab.
Di Indonesia pakaian penutup kepala perempuan ini semula lebih umum dikenal dengan kerudung, tetapi permulaan tahun 1980-an lebih populer dengan jilbab. Jilbab berasal dari akar kata jalaba, berarti menghimpun dan membawa. Sedangkan pada masa Nabi Muhammad SAW, jilbab ialah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa.
Namun, semenjak abad ke-4 H makna hijab mulai mengalami pergeseran dari yang semula berarti tabir, menjadi pakaian penutup aurat perempuan .
Asal cerita, sebenarnya konsep hijab bukanlah ‘milik’  Islam. Misalnya dalam kitab Taurat, kitab suci agama Yahudi, sudah dikenal beberapa istilah yang semakna dengan hijâb seperti tif’eret. Demikian pula dalam kitab Injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani yang juga ditemukan istilah semakna. Misalnya istilah zammah, re’alah, zaif dan mitpahat. Begitu mengagumkannya bukan?
Dalam konsep Islam, aksentuasi hijâb sendiri lebih dekat pada etika dan estetika. Pelembagaan hijâb dalam Islam di-dasarkan pada dua ayat dalam Alqur’an yaitu QS. Al-Ahzab/ 33: 59 dan QS. An-Nur/24: 31. Sungguh yang berarti ini bukan lagi sekedar permainan, melainkan alur yang pada akhirnya menuntun ke  satu titik. Subhanallah, begitu mengagumkannya. 

Lain daerah Lain pula Namanya

Sebenarnya jilbab dalam arti penutup kepala hanya dikenal di Indonesia. Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador di Iran, pardeh di India dan Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak, charshaf di Turki, dan hijâb di beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman.
Perbedaan aturan pakaian yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial budaya masyarakat nyatanya memang membuat hijab memiliki banyak nama meskipun tujuannya sama; untuk menutupi aurat wanita muslim.




Khimar (Kanan)

Khimar adalah pakaian yang menutupi kepala, leher dan menjuntai hingga menutupi dada wanita dari belakang maupun dari depan. Khimar wajib jatuh lurus dari atas hingga ke bawah tanpa diikatkan agar lekuk tubuh wanita pemakainya tidak terlihat.

Abaya (Tengah)

Kebanyakan dipakai oleh para wanita di Jazirah Arab. Bentuknya semacam jubah untuk menutupi pakaian saat digunakan di tempat umum. Abaya biasanya dibuat dari serat sintetik hitam, terkadang dihiasi dengan bordiran berwarna.Abaya tradisional digunakan dari ujung kepala hingga menyentuh tanah layaknya chador, atau untuk menutupi bagian bahu. Abaya biasanya diikat hingga tertutup rapat dan dikombinasikan dengan scarf kepala atau cadar. Kini abaya telah banyak dimodifikasi namun tetap memperhatikan ciri khasnya; lebar dan cenderung berwarna hitam.

Jilbab (Kiri)

Jilbab sebenarnya adalah sebutan umum untuk mendeskripsikan kain atau jubah yang menutupi wanita saat berada di tempat umum. Terkadang khusus untuk menyebut gaya jubah tertentu yang menyerupai abaya namun lebih ketat dan memiliki warna serta bahan yang bervariasi. 


 
Chador
 Chador adalah jubah yang menyelimuti ujung kepala wanita hingga mencapai tanah. Biasa dipakai oleh wanita Iran tanpa cadar. Tidak seperti Abaya, chador tidak diikatkan di bagian depan.




  
Niqab

 Niqab adalah cadar yang dipakai kaum wanita muslim yang membebaskan pemakainya menutupi bagian mata atau tidak.





 
Burqah


Burqah menutupi seluruh tubuh wanita, tak terkecuali bagian mata yang ditutupi kain berjaring. Populer di Afghanistan.



Si trendi, Ambil Alih Gaya Busana
Kali ini hembus angin memang membawa aroma kesejukan bagi pengguna hijab.  Pasalnya, hijab kini semakin dikedepankan, bahkan mulai mewabah mewarnai semaraknya gaya berbusana kaum pelengkap para adam ini. Bagaimana mungkin ya? Tentu mungkin, hijab kini telah komplemen dengan kaum wanita mulai dari wanita berusia muda hingga mereka yang tak lagi muda. Wah, kabar gembira bukan?
Berkaitan dengan melesatnya perkembangan gaya busana  berhijab, maka berbagai cara praktis tentang petunjuk pemakaian hijab pun banyak disuguhkan di berbagai media massa mulai dari media cetak hingga elektronik.
Ya, kini memang begitu marak wanita yang berlomba memadupadankan penggunaan hijab dalam berbusana, bertaburanlah komunitas berisi sekumpulan wanita yang mengedepankan mode berhijab. Nah, selama mode ini mampu menjaga kesyar’iannya maka tidak menutup mata jika keselarasan akan semakin terpancar. Setuju kah? Harus setuju yah…hehe 


Kerling mata dibalik hijab, Pancarkan Cantik Alami
Hingga saat ini mode berbusana memang menunjukkan perkembangannya dengan signifikan. Terkadang mode satu seolah menenggelamkan mode lainnya, saling bergerak hingga berada di titik terdepan agar mampu lebih terlihat. Namun pada dasarnya semua mode busana kaum wanita ini akan dinilai baik tergantung dilihat dari sudut mana dan siapa yang melihat. Ya, akan ada banyak pendapat yang ditujukan pada masing-masing selera si-empunya gaya busana.
 Ujung kisahnya, setumpuk spekulasi serta kisah yang beragam di dalam gaya busana khusunya berhijab pada akhirnya menambah suatu keistimewaan tersendiri bagi kaum wanita. Kecantikan akan terpancar alami dari kerling mata nan menyejukan kala wanita terlindung dari ketulusan hijab yang dikenakannya.


 

IT'S ABOUT LIFE :) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea