Rabu, 15 Februari 2012

Bingkisan indah untuk Ibu, Kaka dan Amel

Diposting oleh its mine di 02.13

Kriiiiiiiiiiiiing…Suara bersumber sangat keras dari jam kecil di sudut kamar Anggi. Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi. Anggi segera beranjak dari tempatnya berbaring dan menyandarkan lelah. Anggi harus segera memulai rutinitasnya kembali.
Beberapa saat kemudian, Anggi segera membuat sarapan dan mulai menyiapkan seragam sekolah kedua adiknya. Sejak hari itu, Anggi memang tak hidup bersama Ayah dan Ibunya lagi. Ayah berkhianat pada ibu sampai akhirnya harus meninggal bersama dalam kecelakaan itu. Ketika itu Anggi dan Riki masih kecil, sedangkan Amel masih bayi dan belum mengerti apapun.


Waktu menunjukkan bahwa embun semakin terbawa dalam datangnya pagi. “Riki, Amel, ayolah, kalian harus segera bergegas sayang.”Kata Anggi sambil menepuk halus kedua adiknya.
Sesaat setelah mereka terbangun, tiba-tiba Amel memeluk Anggi dan berkata,”Kaka, aku sayang deh sama kaka.” Tersentak jiwa anggi pada ucapan yang terlontar dari mulut adik tersayangnya. “Hmm, Amel dan Riki adalah harta berharga yang kakak miliki, kakak sayang kalian.”Saut Anggi sambil memeluk lembut kedua adiknya. Suasana pun menjadi sangat mengharukan kala itu.
“Ayo, kita harus segera bersiap untuk segera shalat bersama ka.”. Saut Riki. Mereka segera bersiap. Hingga waktu telah menunjukkan pukul 05.30 pagi, tempat tinggal mereka yang jauh dari pusat kota membuat jarak tempuh rumah sampai sekolah memakan waktu yang cukup panjang. Begitulah perjuangan hidup yang harus mereka lalui, mereka adalah contoh kehidupan yang tak semestinya membuat kita menjadi manusia yang bermalas-malasan. Hari demi hari mereka lewati dengan penuh arti.


Suatu hari Riki mendapati keadaan Anggi tak seperti biasanya. Anggi yang biasanya baru tertidur sampai lewat tengah malam, namun hari itu sebelum makan malam Anggi sudah tertidur lelap. Tiba-tiba, “Ka, aku ingin makan.” Bisik Amel pada Riki, ketika Riki tengah melihat keadaan Anggi. Akhirnya mereka hanya makan berdua. Untung saja ketika itu Amel tidak bertanya banyak pada Riki.
Waktu telah sangat larut, namun Riki masih terjaga saat semua saudaranya telah lelap tertidur. Riki segera melihat keadaan Anggi, namun Anggi masih saja terlihat tidur dengan sangat lelap. Riki yang ketika itu merasa aneh segera menghampiri Anggi dan segera mencoba membangunkannya.
“Kaka, aku tidak bisa tidur, bolehkah kaka temani aku sejenak?” bisik Riki mencoba membangunkan Anggi dalam lelap. Tak satu pun respon yang diberikan Anggi padanya. Dengan kedua tangan yang bergetar, Riki mengambil kaca bening lalu menyimpan di atas mulut Anggi. Hingga beberapa saat berlalu. Priiiiiing…kaca berhamburan. Air mata berjatuhan deras. Kegelisahan menyelimuti jiwa lusuh tanpa dosa. Tersadar bahwa Anggi telah tiada dalam pandangnya. Kala itu, dalam dekapnya Anggi menggenggam satu kertas lusuh dan satu album foto kusam.


Beberapa tahun berlalu, Riki memutuskan untuk membawa Amel tinggal bersamanya di suatu tempat di Ibu Kota. Setelah Riki lulus SMA, dia memang berhasil mendapatkan beasiswa unggulan berkat seluruh usahanya itu. Hingga Riki mampu bekerja di suatu perusahaan ternama di Ibu Kota. Dan kini, Amel pun mendapat beasiswa unggulan untuk dapat melanjutkan pendidikan di salah satu Universitas ternama di Kota itu.
Hari demi hari telah terlewati dengan bongkahan kisah yang kini telah hampir menjadi suatu dinding pertahanan. Empat tahun sudah Amel lewati sebagai mahasiswi.
Malam hari setelah lelah aktifitas temani mereka, mereka saling berdiskusi di teras rumah hasil kerja keras Riki. “Kaka, aku dilamar Andri, Andri mengatakan padaku bahwa dia ingin menikah denganku, dia benar-benar serius padaku.” Kata Amel sambil berbisik lembut.
“Akhirnya, dia benar-benar berniat padamu Mel, kaka sangat bahagia, dan tentu kaka akan ikhlas untuk kebahagianmu Mel.” Balas Riki dengan senyum mengembang indah.


3 Tahun Amel menikah, Riki belum juga berniat mencari pendamping hidup. Sampai suatu hari Riki menginap di rumah Amel. Besoknya ketika Riki telah pulang, Amel merapikan kamar Riki.
Tiba-tiba Amel sejenak terdiam kaku. Amel tak sengaja menemukan sepucuk surat  yang hendak ditulis Anggi sebelum ia berhembus untuk terakhir kalinya dan ternyata ada satu album foto keluarga yang mungkin tertinggal oleh kakaknya itu. Itu album foto keluarga mereka ketika Amel masih dalam kandungan ibunya. Tak sengaja membukanya, dia membaca satu lembar foto dengan lembar belakang bertuliskan “tepat sebelum ada perselingkuhan itu dan jauh sebelum ada kecelakaan itu”
Sambil melihat foto itu Amel membuka sepucuk kertas lusuh yang digenggamnya lemas dan membacanya hingga tak terasa air mata Amel lalu menetes.
Ibu, Kami mencintaimu, Kami menyayangimu
Ayah,
Tolong Cukup kami saja yang merasakan pilunya.
Tolong jangan ada lagi Ayah yang menyakiti Ibu dalam kisah yang lain.















0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih :)

 

IT'S ABOUT LIFE :) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea