T
|
aukah? Spekulasi tentang pengguna hijab yang semula
termarginalkan nampaknya kini tengah mengalami pengikisan. Terbesit sejuta tanya
tentang sebab kisahnya. Pasalnya, tak sembarang jawab mampu mengusir ragu atau
bahkan lenyapkan tanya. Nah, jika sudah begini bukan hal yang salah jika kita segera
tapaki kisah dibalik hijab yang memesona ini.
Aksentuasi yang mengagumkan
Sebagai wanita sudah sepatutnya kita merasa bangga. Bagaimana
tidak betapa diagungkannya kaum wanita, begitu banyak bukti yang menguatkan
hingga tak mungkin menghindari nyatanya hal ini. Benar saja, segala sesuatu
yang berkenaan dengan wanita terkadang memiliki kekhasan aksentusinya
tersendiri. Maka sebut saja satu diantaranya, hijab.
Di Indonesia pakaian penutup kepala perempuan ini semula
lebih umum dikenal dengan kerudung, tetapi permulaan tahun 1980-an lebih
populer dengan jilbab. Jilbab berasal dari akar kata jalaba, berarti menghimpun dan membawa. Sedangkan
pada masa Nabi Muhammad SAW, jilbab ialah pakaian luar yang menutupi segenap
anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa.
Namun, semenjak abad ke-4 H makna hijab mulai mengalami
pergeseran dari yang semula berarti tabir, menjadi pakaian
penutup aurat perempuan .
Asal cerita, sebenarnya konsep hijab bukanlah ‘milik’
Islam. Misalnya dalam kitab Taurat, kitab suci agama Yahudi, sudah dikenal
beberapa istilah yang semakna dengan hijâb seperti tif’eret.
Demikian pula dalam kitab Injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani yang
juga ditemukan istilah semakna. Misalnya istilah zammah, re’alah,
zaif dan mitpahat. Begitu mengagumkannya bukan?
Dalam konsep Islam, aksentuasi hijâb sendiri lebih
dekat pada etika dan estetika. Pelembagaan hijâb dalam Islam
di-dasarkan pada dua ayat dalam Alqur’an yaitu QS. Al-Ahzab/ 33: 59 dan QS.
An-Nur/24: 31. Sungguh yang berarti ini bukan lagi sekedar permainan, melainkan
alur yang pada akhirnya menuntun ke satu
titik. Subhanallah, begitu mengagumkannya.
Lain daerah Lain pula Namanya
Sebenarnya jilbab dalam arti penutup kepala hanya dikenal di
Indonesia. Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dengan
beberapa istilah, seperti chador di Iran, pardeh di India dan
Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak, charshaf di
Turki, dan hijâb di beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir,
Sudan, dan Yaman.
Perbedaan
aturan pakaian yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial budaya masyarakat
nyatanya memang membuat hijab memiliki banyak nama meskipun tujuannya sama;
untuk menutupi aurat wanita muslim.
Khimar (Kanan)
Khimar
adalah pakaian yang menutupi kepala, leher dan menjuntai hingga menutupi dada
wanita dari belakang maupun dari depan. Khimar wajib jatuh lurus dari atas
hingga ke bawah tanpa diikatkan agar lekuk tubuh wanita pemakainya tidak
terlihat.
Abaya (Tengah)
Kebanyakan dipakai
oleh para wanita di Jazirah Arab. Bentuknya semacam jubah untuk menutupi
pakaian saat digunakan di tempat umum. Abaya biasanya dibuat dari serat
sintetik hitam, terkadang dihiasi dengan bordiran berwarna.Abaya tradisional
digunakan dari ujung kepala hingga menyentuh tanah layaknya chador, atau untuk
menutupi bagian bahu. Abaya biasanya diikat hingga tertutup rapat dan
dikombinasikan dengan scarf kepala atau cadar. Kini abaya telah banyak
dimodifikasi namun tetap memperhatikan ciri khasnya; lebar dan cenderung
berwarna hitam.
Jilbab (Kiri)
Jilbab sebenarnya
adalah sebutan umum untuk mendeskripsikan kain atau jubah yang menutupi wanita
saat berada di tempat umum. Terkadang khusus untuk menyebut gaya jubah tertentu
yang menyerupai abaya namun lebih ketat dan memiliki warna serta bahan yang
bervariasi.
Chador adalah jubah
yang menyelimuti ujung kepala wanita hingga mencapai tanah. Biasa dipakai oleh
wanita Iran tanpa cadar. Tidak seperti Abaya, chador tidak diikatkan di bagian
depan.
Niqab
Niqab adalah cadar
yang dipakai kaum wanita muslim yang membebaskan pemakainya menutupi bagian
mata atau tidak.
Burqah
Si trendi, Ambil Alih Gaya Busana
Kali ini hembus angin memang membawa aroma kesejukan bagi
pengguna hijab. Pasalnya,
hijab kini semakin dikedepankan, bahkan mulai mewabah mewarnai semaraknya gaya
berbusana kaum pelengkap para adam ini. Bagaimana mungkin ya? Tentu mungkin, hijab kini telah komplemen dengan
kaum wanita mulai dari wanita berusia muda hingga mereka yang tak lagi muda.
Wah, kabar gembira bukan?
Berkaitan dengan melesatnya perkembangan gaya busana berhijab, maka berbagai cara praktis tentang
petunjuk pemakaian hijab pun banyak disuguhkan di berbagai media massa mulai
dari media cetak hingga elektronik.
Ya, kini memang begitu marak wanita yang berlomba
memadupadankan penggunaan hijab dalam berbusana, bertaburanlah komunitas berisi
sekumpulan wanita yang mengedepankan mode berhijab. Nah, selama mode ini mampu
menjaga kesyar’iannya maka tidak menutup mata jika keselarasan akan semakin terpancar.
Setuju kah? Harus setuju yah…hehe
Kerling mata dibalik hijab, Pancarkan Cantik
Alami
Hingga saat ini mode berbusana memang menunjukkan
perkembangannya dengan signifikan. Terkadang mode satu seolah menenggelamkan
mode lainnya, saling bergerak hingga berada di titik terdepan agar mampu lebih
terlihat. Namun pada dasarnya semua mode busana kaum wanita ini akan dinilai
baik tergantung dilihat dari sudut mana dan siapa yang melihat. Ya, akan ada
banyak pendapat yang ditujukan pada masing-masing selera si-empunya gaya
busana.
Ujung kisahnya, setumpuk
spekulasi serta kisah yang beragam di dalam gaya busana khusunya berhijab pada
akhirnya menambah suatu keistimewaan tersendiri bagi kaum wanita. Kecantikan
akan terpancar alami dari kerling mata nan menyejukan kala wanita terlindung
dari ketulusan hijab yang dikenakannya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih :)